Jumat, 25 Desember 2015

Cerita tentang Pantai Timang dan Gondola part.2

Baiklah saya akan melanjutkan cerita tentang Gondola. Kalian jangan membayangkan gondola yang biasa berseliweran di sungai sepanjang Kota Venesia, Italia. Tak akan pernah Anda temui di sini.
Gondola merupakan kereta gantung tradisional yang awalnya digunakan oleh nelayan setempat untuk menangkap lobster di Pulau Watu Panjang. Pulau mungil berbentuk batuan ini terletak di tengah laut. Nah, melalui Gondola inilah Anda bisa sampai ke pulau yang sering dijadikan objek foto ini. Namun, tak ada yang gratisan di sini. Anda harus merogoh kocek cukup dalam. Rp. 150ribu harus Anda keluarkan untuk bolak-balik dari dan ke Pulau Watu Panjang. 

Seru-seru tegang, kali ya naik Gondola. Harga yang susah dinego ditambah biaya hidup yang semakin tinggi membuatku mengurungkan niat naik transportasi unik ini. Memang harus hidup hemat untuk bisa sampai ke banyak tempat yang kita inginkan. Perjalanan harus dipikirkan dan direncanakan dengan benar, agar tak kehabisan uang, haha.
Pantai Timang memang tengah populer.Media memang sering meliput pantai yang cantik ini. Walaupun rasa capek dan lelah mendera, semua akan terbayarkan dengan segala keeksotisan yang dimiliki pantai ini.

Ayo, ke Pantai Timang, kawan . . .!!!

Tradisi Saparan, ini lagi Lebaran ?

Pagi mulai beranjak. Suasana Dusun Windusajan berbeda dengan hari-hari biasanya. Jalanan ramai disesaki orang yang berlalu-lalang. Pakaian baru nan indah mereka kenakan. Jilbab aneka bentuk dan warna dipakai para wanita-wanita keturunan jawa itu. Anak-anak tampak berlarian. Sebagian yang lain mengerubungi para penjual mainan yang menjadi pasar dadakan. Pintu-pintu rumah terbuka lebar. Senyum merekah tampak dari wajah mereka, menyambut para tamu yang datang bergantian. Tersaji aneka kue dan hidangan khas lebaran. Aneka olahan daging juga disuguhkan. Suasananya benar-benar meriah.

Satu hal yang aku heran, ini bukan hari raya umat islam. Bahkan, bulan muharam baru saja tenggelam. Tak ada takbiran apalagi salat id di lapangan. Aku baru tersadar jika kini aku di Tanah Orang Jawa yang tengah merayakan Saparan. Walaupun aku juga keturunan jawa, namun di tanah kelahiranku, Lampung, tak pernah kudengar tradisi ini. Ini sebuah kebiasaan masyarakat yang baru pertama kali kulihat seumur hidupku.

Aku berkunjung ke rumah Pak Mardi (82) di Dusun Windusajan Kelurahan Wonolelo Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Satu dari 18 dusun di Wonolelo yang merayakan tradisi ini. Menurut kakek sepuh ini, Saparan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang konon hanya ditemukan di sekitar dusun-dusun di Lereng Merapi dan Merbabu. Sebagian yang lain mengatakan inilah cara orang gunung “berlebaran”. Tak ada tanggal yang pasti dalam perayaan tradisi yang telah berusia ratusan tahun ini. Sepanjang bulan Sapar (Safar) acara boleh digelar dan dilakukan secara bergantian antar dusun yang satu dengan yang lainnya.

Berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri dimana tamu bebas berkunjung kemana saja. Saat Saparan biasanya tamu yang datang ke rumah merupakan tamu yang telah diundang sehari sebelum acara berlangsung. Namun, tuan rumah juga dengan senang hati menyambut tamu asing yang datang. Masyarakat di sini sangat senang kedatangan orang-orang dari luar daerah mereka. Hal itu saya rasakan saat berkunjung ke rumah Pak Mardi, saya diperlakukan dengan sangat baik layaknya keluarga sendiri. Aneka kue khas lebaran plus menu makanan berat disuguhkan. Kalau sudah begini, siapa yang bisa menolak? Hehehehe.

Beberapa dusun yang lain juga mengadakan tradisi semacam ini namun di Bulan Rejeb (Rajab). Masyarakat menyebutnya Rejeban. Beberapa dusun yang merayakan Saparan diantaranya Windusajan, Wonodadi, Panggungan, Plutungan, Pelem, Sanden, Kelir dan Gratan. Sementara Rejeban berlangsung di Dusun Surodadi, Candran, Batur, Malang, Ndeno’an, Bentro’an, Nggagrong dan Windusabrang.

Beberapa ancak pepa’ang (sesajen lengkap) diletakkan di sudut-sudut perempatan jalan dusun mungil itu. Ancak pepa’ang itu harus berisi kolowijo dan iwak kala. Kolowijo berupa keladi, pisang, kimpul dan centik. Sementara iwak kala merupakan daging sapi yang dipotong kecil-kecil ditusuk menggunakan bilahan bambu. Sepintas mirip dengan daging sate. Selain diletakkan di perempatan jalan ancak ini juga diletakkan di sumber-sumber air. Konon, ancak ini dipersembahkan untuk Danyang (Kepercayaan Kejawen).

Aku banyak belajar dalam setiap perjalanan yang kulewati. Belajar mengenai nilai-nilai kemanusiaan dan kebenaran. Bahkan, belajar dari sebuah sikap yang salah, namun, bukan untuk diikuti. Lalu mengambil sikap bagaimana seorang muslim seharusnya bersikap. Lalu, aku bertanya kepada seorang ustadz yang kuat memegang sunnah dan telah hafidz quran yang bersanad. Sang ustadz mengatakan menjalin silaturahmi antar sesama saudara itu bagus. Bahkan dianjurkan dalam islam. Namun, jika harus mempersembahkan sesajen seperti contoh diatas itu termasuk perbuatan musyrik yang harus dihindari oleh setiap muslim. Memberikan ancak pepa’ang kepada Danyang itulah letak perbuatan syiriknya. Itulah yang harus ditinggalkan.

Aku kini tersadar ternyata masih banyak hal yang harus dilakukan oleh para pemuda muslim. Bepergianlah ke berbagai negeri, teguklah ilmu sepuas-puasnya lalu sampaikan kepada yang lain dengan cara yang baik. Masih mau berdiam diri di rumah ? Islam itu indah, bro. Ayo ramaikan masjid-masjid kita dan datangilah majlis-majlis ilmu di tempatmu.
Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga.” (h.r. Muslim)

Melipir ke Taman Nasional Gunung Merapi


Kala kanak-kanak dulu aku sering melihat sinetron kolosal berjudul Misteri Gunung Merapi. Salah satu tokoh utamanya adalah Mak Lampir. Kala itu aku percaya-percaya aja dengan sinetron tersebut. Jalan cerita dalam sinetron tersebut masih terngiang-ngiang di benakku. Tak bisa hilang. Mungkin kalian juga demikian? ‪#‎Mungkin‬

Kini, setelah kuberanjak dewasa, ternyata itu hanya kisah yang dibuat-buat saja. Taman Nasional Gunung Merapi kutapaki, tapi tak ada Mak Lampir di sini. Bayang-bayang sinetron itu seakan langsung memudar. Semuanya tak benar. 

Kini aku tersadar, apa yang terlihat di layar televisi tak semuanya benar. Sebagai penonton kita harus selektif dalam programnya acara. Pilihlah tayangan-tayangan yang mendidik dan religi. Agar jiwa kita segar kembali. Jika, tidak sebaiknya matikan saja TV Anda. ‪#‎Pangapunten‬ ‪#‎Sorry‬ ‪#‎Afwan‬ ‪#‎Klamit‬

Pertama kali Mendaki, Seru sekaligus bikin ketagihan


Ayo besok kita mendaki Merbabu, sebelum ane balik ke Samarinda, seru Ka Mufid, selasa malam lalu. Alhasil, disepakatilah hari ini (Rabu, 16/12/15) aku beserta 3 rekan lainnya mendaki Gunung Merbabu.

Ini pengalaman pertamaku mendaki gunung. Tak ada persiapan apa-apa semuanya serba instan. Pagi-pagi sekali kami membuat bekal untuk perjalanan ini.
Kami mendaki Merbabu via Suwanting, Sawangan. Salah satu jalur pendakian yang baru dibuka awal tahun ini. Namun, jalur pendakian ini sudah ramai dan banyak dikenal orang. Setiap pekannya para pendaki bisa mencapai 200 orang. Wow, amazing.

Tepat pukul 08.45 kami memulai pendakian, setelah sebelumnya melakukan registrasi dan pendaftaran di base camp. Setiap pendaki dikenai biaya Rp. 10ribu. Mulai dari base camp menuju pos 1 treknya lumayan ringan. Kita membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai pos yang dikenal dengan Lemba Lempong ini. Pohon pinus banyak tumbuh di sini. Ini salah satu spot yang bagus untuk foto-foto.

Sedangkan dari pos 1 menuju pos 2 kita membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Medan yang harus dilalui lumayan terjal. Kita akan melalui beberapa pos kecil seperti Lemba Gosong, Lemba Cemoro, Lemba Ngrijan dan sampailah di Pos 2 yang dikenal dengan Lemba Mitoh. Pokoknya lumayan bikin ngos-ngosan.

Kami langsung santap siang setibanya di Pos 2 ini. Lumayan buat cadangan perjalanan menuju Pos 3. Baru sekitar 1 jam berjalan dari Pos 2 hujan turun sangat deras. Alhamdulillah, bawa jas hujan.
Walau hujan turun begitu deras namun trek yang kami lalui tidaklah licin. Perjalanan menuju pos 3 merupakan yang paling berat dan melelahkan. Jalanan sempit, terjal dan tak beraturan. Bahkan, mendekati Pos yang dikenal dengan Dampo Awang ini, kita harus melalui perbukitan yang miring. Huh, benar-benar trek yang susah.

Puncak tertinggi di Merbabu adalah Kenteng Songo. Kami hanya mendaki sampai Bukit Sabana. Hal ini kami pilih lantaran kami tidak bermalam di sini.

Mereguk Indahnya Islam di Kampung Muslim Batikan


Kali ini saya berhasil menyesap kesegaran sinar islam di Kampung Muslim Dusun Batikan Desa Pabelan Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kehidupan muslim di sini sungguh mempesona. Masyarakat di kampung ini berusaha menerapkan ajaran islam sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad dan para Salafus Shalih. Menurut Ustadz Abu Zaid, humas dari kampung ini mengatakan generasi salafus shalih merupakan generasi yang terdiri dari para Sahabat nabi, tabiin dan tabiut tabiin serta merupakan sebaik-baik qurun (masa). 

Gadis-gadis mungil seusia anak-anak sekolah dasar tampak asyik bermain di sepanjang jalan di Kampung Batikan. Sorot matanya begitu tajam dibalik cadar hitam yang menyelimuti tubuh kecil mereka. Beberapa diantara mereka ada juga yang hanya mengenakan jilbab lebar. Mereka bermain riang gembira, saling kejar kesana kemari, seperti kupu-kupu yang mencari nektar di taman bunga.
Jarang terlihat wanita dewasa keluar rumah jika tidak ada keperluan yang sangat penting. Jika mereka terpaksa harus keluar rumah, biasanya mereka mengenakan cadar yang dilapisi dengan kain penutup mata transparan. Sehingga seluruh wajahnya tak tampak. Inilah yang dinamakan Burqa. Para ibu biasanya mengurus rumah, mempersiapkan hidangan untuk suami-suami tercinta. Menyambut dengan senyum merekah saat suami tiba di istana mereka. Mendidik anak dengan bekal agama tanpa melupakan dunia menjadi acuannya. Subhanalloh.

Saat waktu salat tiba, para pria dan anak-anak berhamburan keluar, muncul dari gang-gang di dusun yang terletak tak jauh dari Kota Muntilan itu. Ada yang bersepada, ada juga yang berkendara roda dua maupun berjalan kaki. Mereka banyak yang mengenakan gamis lengkap dengan celana diatas mata kakinya. Masjid penuh sesak dengan jamaah pria dan anak-anak. Masya Alloh.
Anak-anak semuanya bersekolah di kampung ini. Ada beberapa kelas yang dipelajari mulai dari pelajaran umum hingga hafala Alquran. Saat senja tiba biasanya anak-anak bermain bola di lapangan di tengah kampung mereka. Mereka semuanya juga tidak isbal (melabuhkan celana/kain dibawah mata kaki mereka). Oya, jika Anda berkunjung ke sini, dilarang berfoto. Mereka menerapkan aturan kehati-hatian. Foto hanya diperbolehkan untuk hal-hal penting saja misal pembuatan KTP, KK, Paspor maupun kepentingan urgent lainnya.

Salam ditebar di sepanjang jalan, kenal tidak kenal semuanya saling mengucapkan salam sebagai tanda saling mendoakan. Budaya menebarkan salam menjadi bagian penting bagi kampung yang didirikan pada tahun 1994 oleh Khalid Ahmad ini. Maka tak heran jika kampung yang memiliki lebih dari 100 KK ini layak menjadi kampung percontohan dalam menerapkan syariat islam.

Pesona Kembang Gunung di Jalur Pendakian Merbabu


Ternyata mendaki sambil hunting foto bisa membuat perjalanan semakin nikmat. Pengalaman pertama kali mendaki ke Gunung Merbabu membuat saya ketagihan untuk mendaki gunung-gunung lainnya. Tapi, tak hanya sekedar mendaki, ingin rasanya kembali hunting foto bunga-bunga unik di sepanjang trek pendakian yang dilalui.

Perjalanan ternyata banyak memberikan pengalaman yang tak bisa dibeli oleh uang. Melihat “maha karya” Alloh SWT yang tersebar di berbagai belahan bumi akan membuat kita semakin dekat dengan-Nya. Kita bukanlah siap-siapa dihadapannya. Apapun dan bagaimanapun diri kita, tetap yang dinilai disisi-Nya hanyalah amal kita. So, ayok banyak-banyak beramal dengan ikhlas dan sesuai contoh Rasululloh.

Inilah bunga-bunga cantik ciptaan Alloh SWT yang sempat saya bidik lewat lensa kamera. Aslinya sih menurut saya lebih cantik lagi. Nggak percaya ? Langsung aja datang ke sini. Hehehehehe.
Masyarakat sekitar juga menyebut tanaman ini unik-unik. Ada stroberry hutan yang dikenal dengan uci-uci. Ada cacar hutan, manding, khadut, pakis wulu, rengginang, sinduro, cokro gondok, krisan dan anggrek hutan. Masya Alloh.
Jadi, siapa bilang hanya Kembang Desa yang mempesona ? Kembang Gunung juga bisa membuat Anda tergila-gila

Senin, 23 November 2015

live


krandegan


kedung pedut


takengon


Situ Patenggan






Kamis, 15 Oktober 2015

Pantai Logending bikin Badan Merinding



Menelusuri Tanah Leluhur dengan Aksen Bahasa Ngapak "Banyumas"




Pasar Wonokriyo, Saksi Perkembangan Kota Gombong




Puncak Banjaran bernar-benar tak Terkalahkan


Puncak Banjaran terletak di Desa KedungDuwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen.

Menikmati Puncak Wanalela mebuat hati Lega



Puncak Wanalela yang terletak di Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen benar-benar keren men.

Goa Jati Jajar Bikin hati Berdebar-debar


Memasuki kawasan Goa Jati Jajar dijamin jantung Anda berdebar-debar. Tidak hanya karena harus menaiki anak tangga yang tidak sedikit jumlahnya namun juga keindahan Goa yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah ini begitu memukau.

Menanti Senja di Pantai Menganti









Senja merupak saat yang begitu dinanti oleh para pengunjung di Pantai Menganti. Pantai ini merupakan salah satu objek wisata yang cukup tenar di Kebumen, Jawa Tengah.

Menapaki Waduk Sempor sampai Gempor




Salah satu objek wisata yang banyak diburu oleh pecinta jalan-jalan yang berkunjung ke Kebumen, Jawa Tengah adalah Waduk Sempor.

Menelusuri Jejak Kompeni di Benteng Van Deer Wijck Gombong



 Berkunjung ke Gombong, Kebumen belum lengkap rasanya jika belum mengunjungi Benteng "Merah" Van Deer Wijck.

Selasa, 01 September 2015

5 Pulau yang Wajib Anda Kunjungi saat di Lampung




Angin semilir menyeruak menerpa beranda Bakauheni. Lautan luas terhampar di depan mata. Pulau-pulau kecil tampak tersebar tak beraturan. Dengan aneka bentuk dan ukuran. Ada yang ditumbuhi bakau, tak jarang ada yang “tampil” memukau. Sebagai provinsi yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia tentunya potensi bahari sangat potensial untuk dikembangkan. Belum lagi pulau-pulau kecil di sekitar Selat Sunda yang begitu eksotis. Pulau-pulau ini memiliki keindahan tersendiri yang tidak akan Anda temukan di daerah lainnya. Kali ini tim perjalanan Lampung Post menyuguhkan 5 pulau cantik yang wajib Anda kunjungi saat berlibur ke Lampung.

1.      Pulau Pisang 

Tim perjalanan Lampung Post membutuhkan waktu hingga 4 jam perjalanan darat dari Kota Bandar Lampung untuk sampai di Kota Krui. Kota yang terkenal dengan damar kucingnya ini merupakan ibukota Kabupaten Pesisir Barat. Jalanan yang harus ditempuh lumayan mulus. Agar bisa sampai di Pulau Pisang kita bisa menggunakan 2 alternatif rute perjalanan. Pertama, dari Pelabuhan Kuala Selalaw Kota Krui. Lewat penyebrangan ini kita membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan dengan ombak lumayan tenang. Jika beruntung Anda bisa menjumpai lumba-lumba yang aktif bermain-main di sekitar perairan Krui. Alternatif yang kedua, dari Kota Krui Anda melanjutkan lagi melalui jalur darat menuju Pelabuhan Tebakak. Waktu tempuhnya sekitar 20-30 menit. Sesampainya di dermaga Tebakak kita bisa langsung menuju Pulau Pisang dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Ombak lumayan besar jika melalui dermaga yang sekilas seperti pantai biasa ini.

Pulau Pisang menyuguhkan keindahan alam Lampung yang tak terduga. Pulau yang dihuni masyarakat asli Lampung ini memiliki pasir pantai yang sangat lembut. Tak hanya itu, perpaduan biru laut dengan hijau toska tersebar di banyak titik. Jika Anda ingin berenang haruslah waspada. Ombak lumayan besar di sini. Pulau pisang akan banyak memberikan kenangan manis yang tak pernah Anda lupakan.

2.      Pulau Pahawang

Pulau yang kini tengah naik daun ini memang sangatlah ramai saat akhir pekan tiba. Tak hanya pengunjung dari Sai Bumi Ruwai Jurai saja, namun banyak juga wisatawan yang datang dari luar provinsi. Pulau Pahawang memang tidak hanya menyuguhkan keindahakn bawah lautnya saja, namun juga menyuguhkan pemandangan alam yang begitu eksotis. Terumbu karang yang masih alami dengan aneka jenis ikan bahkan bisa dilihat dengan mata telanjang. 

Pulau Pahawang masuk dalam Kabupaten Pesawaran, Lampung. Waktu tempuhnya sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Bandar Lampung. Dari Kota Tapis Berseri kita menuju Pelabuhan Ketapang kita hanya butuh waktu 1 jam. Dan, dilanjutkan dengan perjalanan laut menuju Pahawang juga dengan waktu yang sama. Anda bisa mengunjungi pulau-pulau di sekitarnya yang juga tak kalah keren. Ada Pulau Maitem, Pulau Kelagian Lunik dan Kelagian Balak yang bisa Anda susuri. 

3.      Pulau Balak

Pulau ini juga masuk Kabupaten Pesawaran. Keindahan pasir putihnya yang masih sangat alami membuat siapa saja yang berkunjung ke sini akan ketagihan. Saat air pasang Anda akan disuguhkan dengan aneka karang timbul yang begitu sempurna. Sungguh Mahakarya Sang Pencipta yang tiada duanya. Waktu tempuhnya sekitar 3 jam perjalanan dengan menggunakan rute yang sama menuju Pulau Pahawang. Anda akan dapat bonus trip ke Pulau Tanjung Putus, Pulau Loh dan Pulau Lunik yang juga memiliki pemandangan yang sayang untuk Anda lewatkan. 

4.      Pulau Kiluan

Pulau Kiluan terletak di Desa Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan, Tanggamus, Lampung. Waktu tempuhnya sekitar 4 jam perjalanan dari Kota Bandar Lampung. Jalanan yang cukup terjal tentunya sangat menantang andernalin Anda. Pulau Kiluan yang masuk dalam Kawasan Teluk Kiluan ini merupakan salah satu desnitasi wisata Lampung yang juga banyak diburu wisatawan. Maka tak heran, jika saat akhir pekan hampir semua cottage yang tersedia disana sudah dipesan wisatan. Pasir putih yang sangat lembut menjadi salah satu daya tariknya selain keindahan terumbu karangnya. Anda akan dapat bonus trip mengunjungi Laguna, trip lumba-lumba dan mengunjungi objek wisata Gigu Hiu (Batu Layar).

5.      Pulau Sebesi

Pulau Sebesi terletak di Desa Pulau Sebesi Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Waktu tempuhnya dari Kota Bandar Lampung sekitar 4 jam perjalanan darat dan laut. Pulau ini menyuguhkan pemandangan alam khas pedesaan. Beberapa spot yang banyak dikunjungi adalah Gubug Seng. Dari sini kita bisa menatapa Gunung Anak Krakatau. Laguna juga terbentuk secara alami diantara batuan karang. Benar-benar perpaduan yang paripurna.
Banyak hal yang bisa kita lakukan di sini. Jika kita ingin berenang kita bisa mengunjungi Pulau Umang-Umang yang bisa ditempuh dengan waktu 10 menit dari Pulau Sebesi. Selain renang, kita juga bisa menikmati keindahan bawah lautnya yang keren. Kita bisa melanjutkan trip perjalanan menuju Gunung Anak Krakatau dan pulau-pulau di sekitarnya.
Lampung memang memiliki banyak pulau cantik. Namun, sayang belum banyak yang mengekspos keindahannya. Pulau lainnya yang rekomendid Anda kunjungi yakni Pulau Legundi, Pulau Tabuan, Pulau Sebuku, Pulau Harimau, Pulau Tangkil dan Pulau Tegal. Lampung begitu indah, masih berdiam diri di rumah ? Ayo angkat ranselmu, pulau-pulau disana menanti kedatangannya. 


Pulau Umang-umang Sebesi, yang Indah yang Dicari




Pasir putih terbentang luas sepanjang mata memandang. Seorang pemuda berjalan sendirian menyusuri pantai tempatnya berpijak. Bebatuan bertumpuk-tumpuk berbentuk segiempat tampak tersusun rapih. Sementara bebatuan besar tampak menjulang tinggi di tepi pantai. Perpaduan biru laut dan hijau toska menambah indah pemandangan di pulau tak berpenghuni itu. Rimbunnya pepohonan persis berada di tengah-tengah daratan yang dipisahkan oleh laut ini. Maka tak mengherankan, dari kejauhan area kawasan ini begitu eksotis. Itulah gambaran pemandangan yang tampak di sekitar Pulau Umang-Umang Legundi.

Lampung setidaknya memiliki dua pulau dengan nama yang sama, yakni Pulau Umang-Umang. Kontur pantai dan daratan kedua pulau ini juga hampir sama. Bebatuan segiempat bertumpuk-tumpuk, perpaduan warna biru laut dan hijau toska hingga hamparan pasir putih yang begitu luas. Namun, satu hal yang membedakan yakni letaknya. Pada kesempatan sebelumnya tim Perjalanan Lampung Post sudah mengupas seputar Pulau Umang-umang Legundi. Kali ini, kami mengupas Pulau Umang-Umang Sebesi. Keduanya memang benar-benar sama, yakni sama-sama cantik.

Para pengunjung akan pasti akan terbuai dengan keindahan Pulau Umang-Umang Sebesi. Para pengunjung pasti akan betah berlama-lama di sini. Keindahan yang paripurna bisa kita temukan di sini. Pulau Umang-Umang Sebesi mirip seperti pantai-pantai di Pesisir Kepulauan Bangka Belitong. Lokasinya cocok sekali untuk para penggemar fotografi. Banyak spot menarik yang ditawarkan pulau ini. 

Tak hanya puas dimanjakan dengan panorama alamnya yang begitu mempesona. Keindahan bawah laut Pulau Umang-Umang Sebesi juga patut diacungi jempol. Terumbu karang dengan berragam jenis ikan sudah tampak saat kita berada di atas kapal. Kita bisa menikmati kemolekan karang-karang cantik itu dengan mata telanjang. Snorkelling merupakan salah satu hal yang patut Anda coba saat tiba di sini. Sensasi menyelam dengan ratusan ikan memberikan pengalaman tersendiri untuk kita. 

Ombak di sini juga relatif aman dan tenang, sehingga sangat cocok untuk renang bersama anggota keluarga. Mulai dari anak-anak hingga dewasa. Di sepanjang bibir pantai inilah sangat cocok untuk renang, karang tak banyak tumbuh di sini. Dasar lautnya relatif dipenuhi dengan butiran pasir. Ahmad, salah satu pengunjung dari Metro mengatakan bahwa Pulau Umang-Umang sangat rekomendid untuk liburan bersama keluarga. Selain, pemandangan yang ditawarkan di sini sangat indah. “Kita bisa berselfi ria diantara bebatuan yang banyak tersebar di sisi kiri pulau,” kata dia.

Akses yang ditempuh untuk bisa tiba di pulau ini relatif mudah. Para wisatawan bisa menyebrang dari Dermaga Canti di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan menuju Pulau Sebesi. Inilah satu-satunya dermaga yang biasa digunakan oleh warga untuk menyebrang. Butuh waktu antara 1,5 – 2 jam perjalanan dengan menggunakan perahu berkapasitas 20 orang itu. Tak hanya mengangkut manusia, berbagai kebutuhan pokok hingga kendaraan bermotor juga biasanya turut diangkut oleh kapal-kapal di sini. Tarif yang dikenakan yakni Rp 30ribu. 

Sesampainya di Pulau Sebesi kita harus menyewa perahu kecil untuk sampai di Pulau Umang-Umang. Jarak dari Pulau Sebesi menuju Pulau Umang-Umang sekitar 10 menit dari Dermaga Tejang. Banyak penduduk sekitar yang menyewakan perahu-perahunya. Biayanya tergantung kesepakatan bersama. Tim Perjalanan Lampung Post harus membayar Rp 50ribu setelah melakukan negosiasi harga. Para pengunjung bisa nenda di Pulau Umang-Umang atau bisa juga homestay di rumah warga. Pandai-pandailah mendekati warga sekitar agar mendapatkan harga yang pas dikantong Anda.

Pulau Umang-Umang Sebesi menawarkan sensasi yang berbeda untuk para pecinta travelling. Tak hanya mendapatkan kepuasan batin semata namun kita akan mendapatkan banyak hal tentang sebuah perjuangan. Hidup di pulau dimana listrik hanya hidup 6 jam setiap harinya, memberikan pelajaran yang berharga untuk kita. Namun, itulah yang membuat unik dalam setiap perjalanan yang kita lakukan. Pulau Umang-Umang begitu indah,  dan menanti Anda untuk menjelajahnya. Jika sudah demikian, apakah Anda akan berdiam diri di rumah? Mari Berwisata menuju Pulau yang cantik jelita. Tabik. 



Batu Tihang, yang Menawan yang dicari Orang



ANGIN semilir begitu terasa saat memasuki kawasan Pekon Kotakarang, Kecamatan Pesisir Utara, Pesisir Barat. Apalagi saat kita memasuki Pekon Kotakarang Induk, hembusan angin makin sejuk. Panorama indah terbentang di depan mata. 

Perpaduan yang begitu sempurna, ombak laut, nyiur melambai, hamparan sawah, dan deretan rumah panggung asli Lampung. Hijau tanaman padi yang mulai berbunga tampak menyejukkan mata. Para petani tengah menyiangi rumput di antara tanaman perdu itu.
Rumah-rumah panggung nan antik berbaris rapi. Debur ombak yang menggulung seperti rima dalam sajak pantun menambah eksotis kampung tua itu. Begitulah gambaran Pekon Kotakarang, lokasi Pantai Batu Tihang berada.

Jika kita berangkat dari arah Bengkulu, sebelum sampai di Pantai Batu Tihang, kita akan memasuki kampung induk Kotakarang. Sebuah kampung eksotis dengan seribu keindahan yang tiada terkira. Tak sedikit para pengendara yang menghentikan laju kendaraannya untuk sekadar mengabadikan pemandangan itu lewat lensa kamera.

Tak butuh waktu lama, dari Pekon Kotakarang Induk untuk sampai di Pantai Batu Tihang. Pantai ini memiliki daya tarik tersendiri. Batu besar menjulang tinggi persis di pinggir pantai. Bebatuan aneka bentuk dan ukuran tampak tersebar di sepanjang bibir pantai. 

Kita memang tidak bisa mendaki Batu Tihang yang memiliki kemiringan hampir 60 derajat itu. Cukup sukar untuk mendakinya. Namun, keindahannya bak sepenggal pulau karang Raja Ampat yang diturunkan di Bumi Pesisir Barat. Rerumputan dan pohon-pohon mungil tampak tumbuh di atasnya.
Menurut Siti Mutmainnah, salah satu penjual makanan di area wisata itu, pantai tersebut mulai ramai dikunjungi sekitar tahun 2000-an. Letaknya yang sangat strategis, persis di jalan lintas barat membuat banyak wisatawan yang berkunjung. Hampir puluhan pengunjung datang setiap harinya. Mereka biasanya berfoto dengan latar batu tihang itu. 

Namun, saat air surut, sebenarnya para pengunjung bisa mandi. Saat air pasang gelombang yang lumayan tinggi memang lebih cocok untuk berselancar. “Para pengunjung bisa mandi di sini saat air sedang surut,” kata dia.

Para pengunjung biasanya juga berfoto di antara bebatuan yang tersebar di sepanjang bibir pantai. Hampir 1 kilometer lebih batu dengan aneka ukuran itu tersebar. Biasanya pengunjung juga banyak yang berfoto di sini.
Aldi, pengunjung dari Agromakmur, Bengkulu, mengatakan Pantai Batu Tihang unik. Tak hanya bentuk batunya yang menjulang tinggi, tetapi juga banyaknya bebatuan yang terhampar luas menambah kesan yang begitu indah. “Pantainya unik, banyak batu-batunya di sini, asyik juga buat selfie,” kata dia.
Pantai Batu Tihang ini merupakan salah satu pantai unik di Pesisir Barat. Jika Pantai Walur memiliki kaitan yang erat dengan Pantai Tanjung Setia karena besarnya ombak. Maka kini pamor Batu Tihang mulai disamakan dengan Pantai Labuhan Jukung yang lebih dulu terkenal. 

Para pengunjung tak perlu repot untuk bisa sampai ke sini. Jalanan yang dilalui juga relatif aman dan nyaman. Walau di beberapa titik masih ada perbaikan jalan. Waktu tempuh untuk bisa sampai di objek wisata ini kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari Kota Krui atau sekitar 5-6 jam perjalanan dari Bandar Lampung.
Fasilitas yang tersedia di kawasan objek wisata ini lumayan lengkap. Ada tempat untuk berbilas dan musala yang sedang dibangun. Banyak juga penjual makanan yang menjajakan dagangan di kawasan ini, mulai dari makanan berat hingga sekadar jajanan pasar. Maka Anda tak perlu khawatir saat berkunjung ke sini.
Penduduk di Pekon Kotakarang juga sangat ramah dan bersahabat. Senyum merekah yang tersungging dari wajah mereka membuat para pengunjung betah berlama-lama. Selamat berkunjung ke Pantai Batu Tihang, puncak keindahan Pesisir Barat.





Pages