Minggu, 26 Oktober 2014

Pulau Pisang, Pesona lain Pesisir Barat



Menyusuri pantai-pantai di Pesisir Lampung tak akan pernah ada habisnya. Berbagai kisah seru nan menarik akan tertorehkan kala berkunjung dari satu pantai ke pantai lainnya. Provinsi yang juga kerap kali dijuluki surganya pantai ini memiliki potensi pantai yang luar biasa. Selain jumlahnya yang banyak, pemandangan di setiap pantai yang dimiliki Lampung juga memiliki pesonanya tersendiri. Salah satu destinasi wisata yang kini tengah dilirik banyak wisatawan yakni Pulau Pisang. Pulau Pisang merupakan kecamatan yang terletak di Pesisir Barat. Ada 6 pekon (desa) yang masuk dalam wilayah ini, yakni, Pekon Pasar, Sukadana, Labuhan, Sukamarga, Lok dan Bandadalam. 
 
Ada 2 jalur alternatif yang bisa ditempuh oleh para wisatawan saat ingin berkunjung ke yang memiliki jumlah penduduk sekitar 1.000 jiwa ini. Jalur yang pertama melalui Dermaga Kuala Selalau, Krui yang bisa ditempuh menggunakan perahu (jukung). Waktu tempuhnya sekitar 1 jam perjalanan dengan biaya Rp30 ribu. Ombaknya tidak terlalu kuat, jika Anda beruntung, bisa melihat lumba-lumba di lautan lepas jika melewati jalur ini. Sementara untuk jalur kedua, melalui Dermaga Tembakak, Pesisir Utara. Jarak tempuh Krui-Tembakak sekitar 40-60 menit perjalanan darat. Barulah menyebrang ke Pulau Pisang menggunakan jukung. Waktu tempuhnya sekitar 15 menit dengan biaya Rp 10ribu per orang. Jika Anda menyebrang lewat Dermaga Tembakak ombak lumayan besar akan menyambut Anda. Namun, Anda tak perlu khawatir biasanya ada live jacket (pelampung) yang disiapkan untuk para penumpang. 

Pulau mungil nan eksotis ini memiliki beberapa spot unik yang harus Anda kunjungi saat berada di pulau yang memiliki luas 243 hekatare ini. Salah satu spot yang banyak dikunjungi yakni Pantai Dermaga yang terletak di Pekon Pasar. Ada juga yang menyebut pantai ini dengan sebutan Pantai Pasar.  Pantai berpasir putih halus membentang luas. Gradasi warna hijau toska dan biru muda menjadi perpaduan yang apik. Pemandangan semakin sempurna dengan bersihnya lingkungan sekitar, tak ada sampah-sampah yang berserakan. Semuanya bersih. Ada jembatan yang menjorok ke laut, biasanya pengunjung akan loncat dari sini untuk menyelami keindahan laut di pantai ini. Airnya begitu menyegarkan. Ini merupakan salah satu spot yang cukup aman untuk berrenang. Saat senja tiba suasana semakin eksotis. Matahari dengan sinarnya yang jingga seolah ingin membenamkan dirinya ke lautan. Benar-benar eksotis.

Menurut Wili Gustam gelar Datuk Bagindo Rajo, Kepala pekon Pasar mengatakan bahwa selain itu, ada Batu inton yang juga masuk dalam wilayah Pekon Pasar. Spot yang satu ini merupakan salah satu spot yang hanya bisa dinikmati lewat pinggir pantai saja. Batu yang berkelap-kelip saat diterpa sinar matahari membuat batu ini dikenal dengan batu inton (intan). Konon, di sana ada batu intan yang sesungguhnya. Tak sembarangan orang bisa mengambilnya. Tapi, terlepas dari mitos-mitos setempat, batu inton tetap eksotis.

Gua Liang terletak tak jauh dari Batu Inton. Segerombolan kera ekor panjang akan banyak kita jumpai di sepanjang jalan yang kita lalui menuju Gua Liang ini. Benar-benar perpaduan alam yang begitu lengkap. Sesampainya di Gua yang masuk dalam wilayah Pekon Bandar Dalam ini kita akan disuguhi pemandangan laut lepas yang begitu eksotis. Batu-batu besar tampak jelas. Kita harus menuruni bebatuan terjal sebelum sampai di Gua Liang. Tak butuh waktu lama, mulut gua bisa langsung kita lihat. Saat tiba di gua ini kita akan bisa melihat batu inton yang ternyata bisa tembus lewat gua mungil ini. “Jarang wisatawan yang mengunjungi gua liang ini, karena letaknya yang cukup tersembunyi diantara semak belukar,” kata dia.

Menurut Yaspin, salah satu tetua adat Pekon Pasar mengatakan bahwa spot lain yang harus Anda kunjungi saat mengunjungi Pulau Pisang yaitu, Batu tiga yang terletak di Pekon Sukamarga. Spot yang satu ini masih satu jalur dengan lokasi Gua Liang berada. Batu tiga akan terlihat jelas saat kita menyusuri bagian kiri Pulau Pisang. Tiga batu besar tampak tersebar di bibir pantai pada spot yang satu ini. Lapisan bebatuan yang terbentuk secara alami tampak menjadi alas di pantai ini. Ombaknya cukup besar. Kita hanya bisa menikmati keindahan pemandangan di sini. Selain itu, saat sore tiba Anda juga bisa memancing di area ini. Satu hal yang cukup memudahkan para wisatawan saat mengunjungi pulau ini yakni kondisi jalannya yang telah dipaving block. Hal ini membuat wisatawan begitu menikmati spot-spot menarik yang tersebar hampir di semua pesisir Pulau Pisang. “Banyak spot menarik yang bisa kita kunjungi saat singgah ke pulau mungil ini,” kata dia.

Spot lainnya yang banyak dikunjungi wisatawan yaitu Batu Bughi (Ghuri) yang terletak di Pekon Labuhan. Satu pemandangan unik yang bisa kita temui di sini yaitu, adanya Bangkai Kapal yang terdampar di pinggir pantai. Kapal dari Padang itu dulunya merupakan kapal pengeruk, namun, karena ombak yang terlalu besar akhirnya kapal itu terdampar. Ini merupakan salah satu spot yang menarik untuk berfoto. Selain itu, pantai di sekitar sini juga termasuk pantai-pantai dengan panorama yang indah. Inilah beberapa spot menarik yang bisa jadi rekomendasi untuk Anda saat liburan ke Pulau Pisang. Jika Anda ingin menginap ada wisma yang bisa Anda kunjungi. Salah satunya Wisma Komala yang terletak di Pekon Pasar tepatnya di Pasar Kampring. Harga sewa per malam Rp 300ribu dengan kapasitas 6 orang. Sementara untuk menu makan dibandrol dengan harga Rp 20ribu per porsi dengan menu ikan. Namun, jika Anda ingin menginap di rumah warga, banyak rumah yang bisa dijadikan homestay di sini. Selamat Berlibur. 

Lapah Dibah, tradisi mengarak pengantin



Masyarakat Lampung memiliki berragam tradisi yang masih kuat terjaga hingga kini. Tradisi itu terus dilestarikan agar semakin kuat bertahan dalam tatanan masyarakat adat. Salah satu tradisi yang masih berlangsung hingga kini yaitu Lapah Dibah. Sebuah tradisi mengarak pengantin (termasuk pengantin sunat) dalam tataran masyarakat Lampung Saibatin di daerah Balikbukit dan sekitarnya. Beberapa waktu yang lalu, tradisi Lapah dibah digelar oleh salah satu masyarakat Lampung Saibatin asal Balikbukit yang kini bermukim di Bandar Lampung. Acara yang digelar di Sukabumi, Bandar Lampung ini turut dihadiri oleh masyarakat asli Balikbukit yang langsung ke sini dengan membawa berbagai perlengkapan adat. Acara Lapah dibah kali ini digelar di kediaman Riyuzen, saat merayakan khitanan kedua putranya. 

Saat tradisi Lapah dibah dilakukan ada beberapa perangkat adat yang harus masuk di dalamnya diantaranya penetap imbokh, lampit pesirekhan, pengawal yang membawa pedang dan tombak. Selain itu ada juga beberapa orang yang turut membawa payung agung dan bebai bathin. Biasanya arak-arakan ini dilakukan mulai dari rumah kepala adat atau orangtua pemiliki hajat. Acara arak-arakan ini semakin meriah dengan penampilan para pria yang membawa alat sejenis rebana dengan berbagai ukuran. Alat musik itu ditabuh dengan cara dipukul keras-keras untuk menghasilkan bunyi yang maksimal.

Dalam pelaksanaan tradisi Lapah dibah, Penetap imbokh berada di barisan paling depan. Penetap imbokh dimaksudkan, zaman dahulu jalan yang akan dilalui rombongan arak-arakan masih banyak embun. Tugas penetap imbok inilah merapihkan jalanan itu dan menyingkirkan sampah-sampah supaya tidak menjadi penghalang. Selanjutnya, Lampit pesirekhan berada dibelakang penetap imbokh. Lampit pesirekhan pada umumnya dilakukan oleh wanita, biasanya istri bathin. Wanita itu memakai pakaian lengkap adat Lampung sembari membawa pahagh (nampan berkaki) yang berisi kasah (tikar), tempat sirih beserta isinya seperti sirih, gambir dan lainnya. Selain itu, ada juga pengawal yang membawa tombak dan pedang. Hal ini dulu dilakukan sebagai perwujudan untuk melindungi sangat raja dari marabahaya.  Selanjutnya, orangtua dari kedua anak yang diarak juga turut berada dalam rombongan. Sementara itu, kedua anak yang telah dikhitan itu berada di belakang kedua orangtua mereka. 

Saat hendak tiba di rumah mereka, ada beberapa orang yang  memainkan jurus silat atau yang lebih dikenal dengan khakot. Khakot merupakan pencak silat khas pesisir Lampung yang biasanya ditampilkan dalam perhelatan akbar dan adat. Rombongan mulai memasuki rumah mereka, namun, mereka harus melalui prosesi lelamak. Sebuah tradisi sebagai bentuk penghormatan kepada pemilik hajat dengan cara berjalan di atas talam (nampan). Sekumpulan ibu-ibu berpakaian seragam berbaris rapih semari memegangi talam yang diletakkan di tanah. Tidak sembarangan orang yang bisa melewati talam ini, hanya keluarga sang empunya hajat beserta bathin saja yang boleh melewati talam ini.sementara itu, kedua kabayan khitan (pengantin sunat) itu masuk ke menuju singgasana beserta orangtua mereka. Rombongan Bedikekh tampak mashuk dengan alunan musik terbangan (rebana) yang mereka tabuh.

Air Terjun Air Batu Putuk

Dua lelaki muda itu asyik mandi di bawah guyuran air terjun yang begitu menyegarkan. Sesekali mereka berenang pada sebuah kolam di bawah guyuran air terjun itu. Hijaunya pepohonan menambah asri pemandangan. Mereka juga saling berfoto walau sebagian tubuh mereka dibenamkan dalam bak raksasa yang hanya dipagari tembok semen itu. Itulah suasana Air Terjun Batu Putuk yang terletak tak jauh dari Bandar Lampung.

Air Terjun Batu Putuk atau yang lebih dikenal dengan Air Terjun Batu putu ini hanya membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit dari Bandar Lampung. Asal usul nama air terjun ini tentunya tak bisa dilepaskan dengan sebuah batu yang terletak diatas bukit yang terlihat seperti terputus. Dalam Bahasa Lampung, Putuk berarti putus. Asala usul nama air terjun ini tidaklah berpengaruh terhadap putusnya sumber mata air air terjun ini yakni Way Belau. Terlepas dari itu semua, air terjun yang satu ini layak Anda kunjungi bersama keluarga saat akhir pekan tiba. Selain jarak tempuhnya yang dekat dengan keluarga juga Anda dijamin nggak bakal kecewa mengunjungi objek wisata yang satu ini. Faizal Afnan, pengunjung asal Jogjakarta ini mengatakan sangat menikmati pemandangan yang disuguhkan kawasan air terjun ini. Selain pemandangannya yang masih alami, air terjun ini juga mampu menyegarkan fikiran selepas menjalankan aktivitas. “Guyuran air terjun yang menyentuh kepala, seperti pijat refleksi alami yang mampu membuang stress,” kata dia.

Air terjun ini bisa dijangkau menggunakan kendaraan roda dua maupun empat. Biaya masuk per orang Rp 5ribu, sementara untuk kendaraan motor Rp 5ribu dan mobil pribadi Rp 10ribu. Para wisatawan setidaknya harus menuruni 300an anak tangga untuk bisa mencapai di lokasi utama air terjun Batu Putuk ini. Namun, semuanya akan terbayarkan saat kita melihat guyuran air terjun yang begitu memukau. Deretan pohon kopi, kakau maupun durian tampak menemani perjalanan kita. Kawasan objek wisata ini berada di kawasan Gunung Betung. Maka tak mengherankan jika pengunjungnya tidak hanya dari Bandar Lampung, namun, dari Pesawaran juga banyak. Selain itu, pengunjung dari berbagai daerah lainnya juga biasanya berdatangan ke sini saat akhir pekan tiba. Bahkan, turis mancanegara juga biasanya “ngadem” di kawasan ini. Menurut Putri, salah satu pengelola objek wisata ini, pengunjung datang dari berbagai daerah, selain, wilayahnya yang masih sejuk juga air terjunnya yang begitu menyegarkan. “Pengunjungnya sudah lumayan banyak, apalagi sejak tempat ini dikelola dengan baik,” kata dia.

Jalanan untuk menuju air terjun yang satu ini sudah di paving blovk, jadi pengunjung tak perlu khawatir akan kondisi jalan. Beberapa sarana yang tersedia seperti toilet, musola dan kantin. Namun, sayang kondisinya kurang dikelola dengan baik. Namun, ini tak mengurangi keindahan objek wisata yang satu ini. Selain dapat menikmati guyuran air terjun setinggi 20 meter, Anda juga akan disuguhi goa mungil yang tak jauh dari air terjun. Biasanya pengunjung memanfaatkan goa itu untuk berfoto maupun ruang penghangat. Air terjun Batu putuk sangat rekomendid untuk Anda yang memiliki hobi melakukan perjalanan namun memiliki keterbatasan waktu.

Air terjun Batu Putu bisa menjadi sarana edukasi bagi anak-anak, karena selain mengenalkan kecintaan pada lingkungan juga mengajak mereka mencintai lingkungan. Saat akhir pekan biasanya pengunjung ramai datang dari berbagai daerah. namun, saat hari-hari biasanya biasanya pengunjungnya dalam seharian sekitar 20-an orang. Air Terjun Batu Putuk kini bisa Anda jelajahi tanpa harus mengeluarkan biaya banyak. Air berkunjung ke Air Terjun Batu Putuk.

Singgah pai di Pantai Klara




Belasan muda-mudi itu tengah menikmati pesona pantai di pinggir Teluk Lampung. Mereka berjalan menyusuri sepanjang bibir pantai sembari bercengkrama. Sesekali mereka melempar senyuman diantara mereka sembari bermain air laut. Tak berapa lama mereka menyusuri jembatan di dermaga kecil di pantai itu. Mereka duduk rapih di sepanjang jembatan mungil itu sembari berfoto bersama. Itulah momen kebahagian para pengunjung Pantai Klara, Pesawaran. Banyak berbagai aktivitas yang bisa dilakukan di pantai mungil nan cantik itu. Maka jika Anda berkunjung ke Lampung jangan lupa untuk mengunjungi pantai yang satu ini. Dijamin Anda tidak bakal menyesal.

Lampung memang memiliki banyak pantai, maka tak berlebihan jika Lampung layak dijuluki sebagai negeri seribu pantai. Pantai-pantai itu tersebar merata hampir di semua wilayah di Lampung. Maka banyak wisatawan yang berburu pantai-pantai cantik di Lampung. Salah satu pantai yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan yaitu Pantai Klara. Pantai ini terletak di Desa Batu Menyan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan. Jarak tempuh dari Bandar Lampung menuju objek wisata ini sekitar satu jam perjalanan baik menggunakan motor maupun mobil. Bagi Anda yang ingin menggunakan angkutan umum, melalui DAMRI maupun terminal rajabasa juga bisa. Biasanya DAMRI/Bus akan kembali menuju Bandar Lampung sekitar pukul 14.00. 

Pantai yang mulai dibuka pada tahun 1997 sebagai objek wisata ini awalnya merupakan pos Unit Gugus Keamanan (UGK). Lambat laun banyak warga di Lampung yang memanfaatkan keindahan pantai ini sebagai salah satu alternatif wisata. Namun, karena kondisi keamanan kala itu yang kurang aman, misalnya ada motor pengunjung yang hilang. Maka ada inisiatif menjadikan pos UGK ini sebagai salah satu tempat persinggahan bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan pantai. Maka sejak saat itu, pantai ini semakin ramai dikunjungi wisatawan untuk berlibur. Namun, status pantai ini masih sebagai pos UGK dengan berdirinya dermaga mini di tengah-tengah pantai. Hingga kini pantai ini masih tetap saja ramai dikunjungi wisatawan, apalagi saat akhir pekan datang.

Awalnya pantai ini bernama Teluk Baru. Nama Klara digunakan untuk penyebutan pantai ini tentunya memiliki sejarah tersendiri. Klara merupakan kepanjangan dari Kelapa Rapat. Dulu, tepatnya antara tahun 1982-1984, sebelum dijadikan sebagai salah satu objek wisata, pantai ini banyak ditumbuhi pohon kelapa. Konon, jarak antara satu pohon kelapa dengan yang lainnya mencapai tiga meter. Luas kebun kelapa saat itu kurang lebih sekitar 1,5 hektare. Melihat jarak yang begitu rapat antar pohon kelapa ini, maka pantai ini oleh penduduk sekitar dikenal dengan Pantai Klara (Kelapa Rapat). Namun, kini kondisi pohon kelapa tidak serapat dulu, jumlahnya pun tak sebanyak saat itu. Namun, kita masih bisa menemukan pesona pohon kelapa di pantai cantik ini. 

Menurut Udin, kordinator lapangan Pantai Klara, banyak aktivitas yang bisa kita lakukan di sini, mulai dari renang, canoe, banana boat hingga aktivitas lainnya seperti memancing. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah mengunjungi pantai ini saat acara pelatihan kebersamaan TNI tahun 2010. Pantai ini kian moncer dengan berbagai fasilitas dan wahana yang ada. Para pengunjung yang datang ke pantai ini dikenai tarif sebesar Rp 10ribu (motor), Rp 25ribu (mobil) dan Rp 150ribu (bus). Sementara untuk pondokan hari sewanya mencapai Rp 25ribu selama seharian penuh. Sementara itu, untuk menikmati wahana canoe kita dikenai sewa Rp 15ribu, Rp 25ribu untuk banana boat, Rp 10ribu dan Rp 5ribu, masing-masing untuk ban ukuran besar dan kecil. Fasilitas lainnya yang disediakan yakni musola dan tempat pemandian dengan biaya Rp 3ribu. “Kami menggunakan pos UGK ini juga untuk masyarakat yang ingin singgah menikmati keindahan pantai yang satu ini, hehehehe,” kata dia.

Pages