Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Kamis, 11 April 2019

Menyelami Keindahan Kepulauan Yapen




Keindahan Pulau Papua memang tiada duanya. Bak surga yang jatuh ke bumi, membuat para pelancong datang untuk singgah ke pulau terbesar di Indonesia ini. Keindahan alam dan budaya hingga ragam rupa manusianya membuat Papua terlihat eksotis di mata para pengelana. Maka tak heran jika Papua menjadi magnet yang membuat siapa saja bisa terpesona.
Papua memiliki banyak pulau-pulau kecil di sekitar daratan besarnya. Salah satunya adalah Kabupaten Kepulauan Yapen. Kabupaten yang beribukota di Kota Serui ini memiliki banyak spot menarik yang belum banyak  dikulik. Belum lagi peranakan Cina Serui yang terkenal dengan kecantikan dan keunikan parasnya. Jelas semakin melengkapi perjalanan Anda.


Serui Laut yang Memesona

Jalan-jalan ke Kota Serui tak lengkap rasanya jika tidak menginjakkan kaki di Serui Laut. Sebuah spot menarik yang menyuguhkan perpaduan bentang alam dan rumah-rumah panggung di atas laut. Tak butuh waktu lama untuk sampai di Serui Laut, dari Kota Serui cukup naik ojek sekali dengan tarif Rp 5000. Untuk melihat keindahan pemandangan di Kawasan Serui Laut kita harus naik ke bukit kecil yang terletak di dua tanjung yakni, Tanjung Abori dan Mamori. Suku Aruisai merupakan suku yang mendominasi kawasan ini. Menurut Hermanus Tanawani, salah satu warga asli setempat mengatakan bahwa alam di Serui Laut memang unik dan berbeda dengan daerah lainnya di Kepulauan Yapen. “Pemandangannya indah, banyak wisatawan yang berkunjung untuk melihat matahari terbit maupun terbenam,” kata dia.

Pemandangan laut dengan gradasi warna hijau toska dan biru muda serta barisan rumah panggung yang menjorok ke laut bisa kita nikmati saat naik ke sebuah bukit kecil di atas Tanjung Abori. Para wisatawan gemar berfoto di area Tanjung Abori ini karena pemandangannya yang begitu memanjakan mata. Sementara itu jika kita naik ke atas bukit di atas Tanjung Mamori kita akan disuguhi pemandangan Pantai Minggaf yang masih alami. Pantai yang banyak ditumbuhi pohon kelapa itu memiliki pasir putih yang begitu lembut. Selain itu, kita bisa berenang dan menikmati pemandangan alam Pantai Minggaf ini tanpa dipungut biaya. Wisatawan bebas keluar masuk di area Serui Laut ini.




Pantai Air Panas Sambrawai

Salah satu spot menarik yang bisa Anda kunjungi adalah Pantai Air Panas Sambrawai. Pantai ini terletak di Kampung Sambrawai Distrik Yapen Utara Kabupaten Kepulauan Yapen. Kita membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan darat dengan medan yang penuh dengan tanjakan dan turunan. Namun, jika sungai sedang banjir bisa memakan waktu hingga 12 jam. Biasanya ada taksi, berupa mobil L300 atau pick up yang menuju ke sini dengan biaya Rp 100ribu. Para sopir taksi biasanya mencari para penumpang di sekitar Pasar Serui.

Pantai ini masih sangat alami, bahkan belum banyak wisatawan yang berkunjung ke sini. Konon, pantai ini merupakan satu-satunya pantai air panas di Kepulauan Yapen atau bahkan Papua. Biasanya warga sekitar maupun beberapa pengunjung dari daerah lain di Yapen menggali lubang di bibir pantai Sambrawai. Setelah terbentuk lubang sesuai ukuran yang diinginkan air akan menggenang dan air itulah yang terasa hangat. Menurut warga setempat air panas ini telah ada sejak dulu. Adapun kandungan air panas itu lantaran mengandung zat panas bumi. Berendam dalam kolam-kolam mungil di bibir pantai sungguh nikmat. Apalagi sambil memandangi matahari yang akan terbenam di ujung barat, benar-benar begitu memikat.

Saat air surut atau dalam bahasa setempat disebut meti, pemandangan Pantai Sambrawai yang masih alami sungguh memanjakan mata. Kita bisa bersantai sambil memandangi lautan teduh, Samudera Pasifik yang tenang. Namun, saat November hingga Februari ombak lumayan besar. Biasanya anak-anak suka bermain papan selancar di antara ombak-ombak yang lumayan besar. Selain itu, kita juga bisa bercengkrama dengan penduduk setempat, Suku Unate Wanijan yang begitu ramah dan bersahabat. Tidak ada penginapan di sini, tetapi, Anda bisa menginap maupun homestay dengan warga setempat. Anda semakin beruntung jika datang ke sini antara Desember hingga Maret karena bertepatan dengan musim durian dan matoa yang banyak tumbuh di sini. Bahkan, kampung-kampung di Distrik Yapen Utara merupakan salah satu daerah penyuplai buah Durian maupun Matoa ke Kota Serui, Biak dan sekitarnya.   

Kepulauan Ambai

Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di Distrik Kepulauan Ambai. Cukup menyebrang dari Pelabuhan 3000 Kota Serui dengan ongkos Rp 10.000 Anda sudah bisa sampai di pulau cantik ini. Pemandangan rumah panggung di atas laut yang kerap disebut rumah berlabuh segera menyambut siapa saja yang berkunjung ke Ambai. Pulau-pulaunya indah dan banyak tersebar di sekitar Teluk Saireri ini. Salah satunya adalah Pulau Ambai besar yang menawan, banyak aktivitas yang bisa Anda lakukan di sini. Mulai dari berenang bersama anak-anak setempat hingga belajar membuat manik-manik lebar khas Pulau Ambai. 

Pulau Ambai memiliki ikatan yang kuat dengan para pedagang cina yang sempat singgah di pulau ini ratusan tahun lalu. Pulau Toroa yang berada persis di depan Pulau Ambai menjadi saksi bisu bagaimana budaya tionghoa turut mewarnai kebudayaan Suku Ambai yang unik. Ribka Fonataba, warga setempat yang pandai membuat manik-manik lebar. Salah satu kerajinan yang terkenal dari pulau yang pernah dikunjungi Presiden Megawati Soekarno Putri ini manik-manik lebar atau yang dalam bahasa setempat disebut Sireu. Biasanya saat acara adat berlangsung warga akan menari dengan menggunakan manik-manik lebar yang unik. Manik-manik lebar ini juga diperjualbelikan mulai dari harga Rp 1.000.000 – 5.000.000 tergantung jenis dan ukuran. “Pedagang cina yang mengenalkan manik-manik ini kepada kami,” kata wanita yang murah senyum itu.




Salah satu pulau yang juga kerap dikunjungi para wisatawan adalah Pulau Tiga. Pulau ini sekitar 15-20 menit perjalanan dari Pulau Ambai Besar. Selain memiliki pasir berwarna putih, pantai ini juga tergolong masih perawan. Tidak banyak jejak sampah yang tertinggal selain sampah dedauan dari pohon sekitar. Para pengunjung juga bebas berenang. Ombaknya tidak terlalu besar, tidak ada karang dan termasuk pantai yang landai. Itu sebabnya Pantai Pulau Tiga sering dikunjungi wisatawan dari berbagai wilayah di Kepulauan Yapen dan sekitarnya. Para-para, tempat semacam bale-bale juga banyak berada di area ini. Jika Anda berkunjung ke sini, sebaiknya membawa bekal dari rumah, masalahnya tidak ada penjual di sekitar pulau ini.


Jumat, 25 Maret 2016

Kala Kabut Menyambut Kedatanganku di Bromo Tengger Semeru


Bromo seperti sebuah magnet yang mampu menyedot perhatian para wisatawan. Keindahan gunung berkawah ini memang tiada duanya saat cuaca cerah. Namun, saat kabut tebal lengkap dengan rinai hujan dikirimkan Tuhan saat kita tiba di gunung eksotis ini, maka kita patut bersyukur kepada Sang Pencipta alam semesta raya, Alloh SWT. Saatnya kita panjatkan doa kala hujan menyapa, Allohumma Syoyiban Nafi’an.

Selama ini aku hanya bisa melihat keindahan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru lewat buku travelling atau internet saja. Sejak lama sudah terpikirkan olehku untuk berkunjung ke sini. Keinginan yang menggebu-gebu disertai dengan campur tangan Alloh yang begitu kuat, akhirnya sampailah aku di sini. Alhamdulillah, Segala Puji Hanya Bagi Alloh.

Taman nasional yang terletak di 4 kabupaten di Jawa Timur ini merupakan salah satu objek wisata andalan. Hampir setiap pekan ratusan hingga ribuan pengunjung memadati kawasan yang dihuni oleh Suku Tengger ini. Para wisatawan datang dari 4 pintu masuk kawasan wisata ini yakni lewat Desa Wonokitri (Pasuruan), Cemoro Lawang (Probolinggo), Ngadas (Malang) dan Argosari (Lumajang). Biaya masuknya Rp. 30ribu / orang. Aku bersyukur sekali bisa masuk dengan gratis, bahkan mobil milik saudaranya temanku yang mengantarku ke sana bisa masuk hingga kawasan Lautan Pasir.

Lautan pasir yang biasanya kering, kini basah oleh air hujan. Kabut tebal datang silih berganti. Rinai hujan terus mengguyur membasahi bumi. Ada banyak penyewa jasa kuda yang menawarkan diri. Perjalanan dari area parkir di Lautan Pasir menuju anak tangga dibanderol Rp. 125ribu per orang. Aku lebih memilih berjalan kaki, selain olahraga juga untuk menghemat biaya. Ternyata tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke puncak Bromo. Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja.

Wisata menuju Bromo akan terasa mahal jika datang sendirian. Biaya sewa kamar saja sekitar Rp. 200ribu – Rp.400 ribu, satu kamar bisa digunakan 3 – 4 orang. Wisatawan yang datang tanpa kendaraan pribadi umumnya menyewa hartop (sejenis mobil jeep) untuk sampai ke berbagai objek wisata di Kawasan Bromo. Biaya sewanya antara Rp. 600ribu – Rp. 700ribu dengan kapasitas penumpang 4-6 orang.

Aku pun melanjutkan perjalananku menaiki anak tangga. Kata Teko Tato, pemandu wisata di sana, ada 253 anak tangga yang harus dilewati. Namun, saat kuhitung ternyata hanya ada 243 anak tangga. Lalu kemanakah perginya 10 anak tangga yang lainnya ? entahlah. Mungkin aku yang salah menghitung atau memang jumlah anak tangganya hanya 240. Wallohu ‘Alam.

Objek menarik yang sering dikunjungi wisatawan diantaranya Bukit Pananjakan I dan II, Bukit Cinta, Bukit Kingkong, Watu Kuto, Bukit Teletubies (Savana) dan Pasir Berbisik. Biasanya wisatawan yang menyewa hartop mulai berangkat mengunjungi spot-spot menarik di Bromo ini sekitar pukul 02.00 atau 03.00. Wisatawan akan diajak menuju Pananjakan untuk melihat sunrise. Menikmati padang savana di Bukit Teletubies, menyesap keindahan pasir berbisik hingga mengunjungi Watu Kuto yang antik.

Tak banyak tanaman yang bisa hidup di sini. Menurut Siswoyo, seorang pencari bunga di Gunung Bromo mengatakan ada bunga-bunga cantik yang hidup di sini. Diantaranya bunga Edelweis, Lavender, Padi Gunung, Bunga Matahari, Mawar Gunung, Kepyur dan Bulu Kucing. Ada juga tanaman bluberry gunung yang di sini dikenal dengan Setinggi. Satu paket kombinasi bunga ini dihargai Rp. 20ribu.

Bromo Oh Bromo, dirimu telah menyita perhatianku. Aku berharap suatu saat bisa kembali menyapamu. Perjalanan menyusuri punggung tubuhmu benar-benar semakin membukakan mata basirohku akan kebesaran Alloh SWT. 


Malang, 25 Maret 2016

Sabtu, 12 Maret 2016

Seberkas Cahaya di Kaki Gunung Setugel


Saat kita berada di dalam kegelapan maka tugas kita adalah menyalakan cahaya agar semua terlihat nyata. Seberkas cahaya lilin lebih berarti daripada tak ada terang sama sekali. Jadilah penyala agar hati dan pikiran seterang cahaya rembulan.
 
Tak terpikirkan sama sekali olehku menjadi salah satu penyala di pelosok negeri bernama Indonesia. Sebuah pilihan hidup yang harus dijalani walau tak mudah. Setiap kesulitan yang mendera memberikan banyak pelajaran tentang makna kehidupan yang sesungguhnya. Kini aku mendedikasikan diri di sebuah dusun-dusun mungil di Kaki Gunung Setugel. Tepatnya di Dusun Gumuk dan Genting, Magelang, Jawa Tengah. Dusun terpencil yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang terkadang melenakan.
Masyarakat di dua dusun ini rata-rata menjadi penganyam dhodho, keranjang bambu yang biasa digunakan memuat sayuran seperti kubis, timun, dan lainnya. Anak-anak di sini sangat lugu dan rata-rata memiliki minat yang rendah untuk bersekolah. Biasanya selepas lulus SD atau SMP mereka membantu orangtua, menanam sayuran di ladang. Untungnya mereka masih memiliki minat yang besar untuk belajar agama melalui Taman Pendidikan Alquran (TPA). 

Mengajar TPA itu seperti membuat sebuah genteng. Setelah tanah liat ada tinggal diolah. Dibentuk, dicetak, dijemur, dibakar hingga genteng siap digunakan. Begitupun anak-anak perlu diarahkan dan diberi pemahaman bagaimana cara menjalani kehidupan sesuai aturan Sang Pencipta. Menghadapi anak-anak dengan berbagai karakter itu memiliki tantangan tersendiri. Ada yang sifatnya keras kepala, pemalu, manja, cuek hingga perhatian dan penuh kasih sayang.




Kelas TPA di dua dusun ini masing-masing dibuka hanya 3 hari dalam sepekan. TPA Dusun Gumuk setiap Senin, Kamis dan Jumat. Sementara Dusun Genting setiap Selasa, Rabu dan Sabtu. Selain belajar membaca Alquran dengan metode iqro kegiatan lainnya pun digelar. Setiap hari Senin dan Kamis ada buka puasa bersama. Anak-anak dilatih untuk mengikuti sunnah rosululloh. Memang tidak semua anak berpuasa namun ini akan menjadi pelajaran berarti saat mereka dewasa kelak. Momen yang sangat berharga, saat mereka membaca doa berbuka puasa bersama sesuai dengan bacaan yang dicontohkan rosululloh.

“Dzahabad dhoma u wabtal latil ‘uruqu watsabatal ajru, insya alloh. Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, isnya alloh.”

Itu momen berharga yang “nyess” di hati. Lisan-lisan mungil mereka begitu fasih melantunkan doa berbuka puasa yang dibaca setiap dua pekan sekali.
Setiap hari Jumat ada kegiatan gosok gigi bersama. Mengenalkan cara menyikat gigi yang benar dan mengenalkan siwak yang biasa digunakan Rosululloh. Setiap hari jumat kita disunnahkan membaca surat Al-Kahfi, maka anak-anak yang telah bisa membaca Alquran mengadakan tadarus alquran. Satu anak membaca ayat per ayat yang lainnya menyimak, membetulkan bacaan temannya jika salah dalam membaca. Begitu seterusnya secara bergantian. 

Lilin yang tengah kunyalakan kini mulai menunjukkan sinarnya. Belum seterang bulan, memang, apalagi secerah sinar mentari. Namun, itu akan sangat berarti ketimbang mengutuk kegelapan tiada henti. #Wallohu ‘Alam.
                                               
                                                                                                            Magelang, 13 Maret 2016

Pages